Dalihan Na Tolu

Dalihan Na Tolu adalah filosofis atau wawasan sosial-kulturan yang menyangkut masyarakat dan budaya Batak. Dalihan Natolu menjadi kerangka yang meliputi hubungan-hubungan kerabat darah dan hubungan perkawinan yang mempertalikan satu kelompok. Dalam adat batak, Dalihan Natolu ditentukan dengan adanya tiga kedudukan fungsional sebagai suatu konstruksi sosial yang terdiri dari tiga hal yang menjadi dasar bersama. Ketiga tungku tersebut adalah:

  • Pertama, Somba Marhula-hula/semba/hormat kepada keluarga pihak Istri.
  • Kedua, Elek Marboru (sikap membujuk/mengayomi wanita
  • Ketiga, Manat Mardongan Tubu (bersikap hati-hati kepada teman semarga)

Latar Belakang Pemakaian Istilah “Dalihan Na Tolu”

Dalihan Na Tolu artinya tungku yang berkaki tiga, bukan berkaki empat atau lima. Tungku yang berkaki tiga sangat membutuhkan keseimbangan yang mutlak. Jika satu dari ketiga kaki tersebut rusak, maka tungku tidak dapat digunakan. Kalau kaki lima, jika satu kaki rusak masih dapat digunakan dengan sedikit penyesuaian meletakkan beban, begitu juga dengan tungku berkaki empat. Tetapi untuk tungku berkaki tiga, itu tidak mungkin terjadi. Inilah yang dipilih leluhur suku batak sebagai falsafah hidup dalam tatanan kekerabatan antara sesama yang bersaudara, dengan hula-hula dan boru. Perlu keseimbangan yang absolut dalam tatanan hidup antara tiga unsur. Untuk menjaga keseimbangan tersebut kita harus menyadari bahwa semua orang akan pernah menjadi hula-hula, pernah menjadi boru, dan pernah menjadi dongan tubu.

7 comments on “Dalihan Na Tolu

    • Hehheheh..
      Saya memang berasal dari haranggaol, tepatnya dari desa Siboro. Jalan menuju desa saya tepat lewat dari belakang pekan Haranggaol, maaf jika saya kurang fasih berbahasa Simalungun, tetapi bukan berarti saya tidak mencintai budaya saya, saya sangat mencintai kampung halaman saya. oleh karna ketidak tahuan saya maka saya membuat blog ini sebagai ajang berbagi & belajar mengenai budaya kita. Terima kasih buat amang panditu, Horas, sukseskan Gerbang Simanja…
      Diatei tupa.. 🙂

      • Horas ambia, Ray
        Parlobei, lang pandita au. Bapa do pandita, aima PDt J Petrus hun Purbasaribu.
        Dong do bapatuaku hun hranggaol Siboro, Jatas Purba Siboro. api lang somppat hutanda. Matei bani “revolusi sosial” ondi do (kl. 1948).
        Gambar/foto bani blog-hu aima na buat ni Belanda. Mungkin 1920-an. Sebelah kanan atas, adong songon dataran iatas dolog. Mungkin pernah tahu/dengar itu apa?
        Naima lobei. Tks.

Tinggalkan komentar